Kisah ini dimulai ketika presiden kita ingin mengesahkan RUU yang mana seakan menjerat leher rakyatnya, dalam benakku masih teringat isi pidato dari bapak proklamator Indonesia “Aku ini bukan apa-apa tanpa rakyatku aku besar karena rakyatku aku berjuang karena rakyatku dan aku penyambung lidah rakyatku”. ketika itu aku dan kawan-kawanku sebagai mahasiswa termasuk barisan paling depan diantara mereka yang berani melawan ketidakadilan para wakil rakyat.
Tampak dari raut tegas seorang pemuda yang sedang mempersiapkan kata-kata di depan cermin lalu ia pergi menjumpai orangtuanya untuk minta izin”bu,aku izin ingin pergi bersama teman-temanku ke depan gerbang untuk menolak keputusan dari para dewan ”kata si Raka, dengan raut muka terkejut ibunya menjawab”apa gunanya kamu melakukan hal yang sia-sia, siapa lah kita sampai suara kita di dengar oleh para petinggi ibumu ini hanyalah sorang petani, Raka ” dia balik menjawab “setidaknya aku telah berjuang untuk bangsa ku ”.
Tampak atmosfir yang berbeda ketika para mahasiswa dan para buruh tani yang berkumpul membawa sejumlah poster dan spanduk situasi menjadi riuh tidak beraturan ketika para mahasiswa di hadang oleh para petugas, terdengar sapaan dari seorang wanita” Raka … kamu ngapain? anak-anak udah pada nungguin tuh ” ucap jani “sorry-sorry tadi aku lost kontak ni” jawab Raka dengan raut kebingungan “yaudah barengan aja ”sahutnya.
Setelah sampai titik kumpul teman-temannya langsung bergerak dengan menaiki mobil konfoi yang menuju ke titik massa,tepat di depan gedung MPR .
Sesampai nya mereka di depan gedung, seorang temannya memberikan pengeras suara kepada raka sembari mengatakan “ni tugas kamu sebagai president mahasiswa” dengan tatapan penuh harap,raka menjawabnya dengan mengangguk.
Sembari memeggang pengeras suara Raka dengan sekali tarikan nafas ia mengorasi dengan suara lantang “wahai para wakil rakyat … sadar kah kalian telah menaruh bom waktu,dengan mengasahkan RUU yang tidak jelas perumusannya, dengan memilih mengurus urusan yang tidak penting di dalam masa pandemi,kalian pikir kami… buta sampai kalian merumus undang-undang yang merampas hak hidup orang indonesia dengan bertujuan menguntungkan perut kalian dengan dalih Midlle income trap yang yang bahkan perumusan nya saja tidak transparan apa yang kalian tutupi jika bukan keuntungan sepihak …dengan ini kami sebagai mahasiswa memutuskan Mosi tidak percaya”dengan tajam raka mengakiri orasinya.
Serentak suasana menjadi rusuh akibat orasi raka yang memanaskan atmosrfir,dengan keaadan yang memanas dari pada kedua belah pihak di akibatkan gas air mata yang di semprot para para petugas ,hal itu menyebabkan pecahnya emosi massa sehingga mengakibatkan aksi saling lempar .
Dengan para wartawan yang selalu meliput keaadaan, tampak dari sorot ibu raka yang khawatir terpaku menatap layar dengan harapan doa yang selalu di panjatkan kepada anak semata wayangnya .
Kini keadaan semakin riuh, massa semakin panas, para massa meminta para wakil rakyat untuk menggagalkan pengesahan RUU, cukup banyak dari massa yang menjadi korban rusuh, kerusuhan banyak memakan kerugian seperti fasilitas umum yang di bakar akibat kericuhan.
Beberapa titik jalur di tutup kini unjuk rasa telah berlansung dua hari pemerintah masih tetap teguh untuk mengesahkan RUU.para aparat tak sanggup membendung jutaan massa yang rusuh alhasil para mahasiswa pun berhasil menerobos gedung MPR kali ini para mahasiswa yang berhasil mengeuasai gedung mualai merusak fasilats gedung.
Raka salah satu yang berdiri di barisan depan dalam mewakili para mahasiswa dalam menerobos gedung MPR sambil berdiri di salah satu meja rapat dengan pengeras suara dia berteriak “gedung ini kami sita…”.
Di media sosial vidio raka yang diambil para wartwan yang berhasil menerobos masuk viral yang mebuat raka di incar oleh para petugas.
Malam itu Raka merehatkan tubuhnya tetapi ketika ia sampai dirumah tampak mobil aparat telah terparkir didepan rumahnya lalu ia mencoba masuk tampak ibunya tengah berbincang, dengan bingung Raka memotong pembicaraan “ma… ada apa ini?” dengan raut wajah bingung tanpa sempat ibunya menjawab aparat langsung memotong pembicaraan “Selamat malam pak Raka kami dari pihak kepolisian dapat surat perintah untuk menangkap saudara Raka” sontak Raka terkejut mendengarnya, Raka melihat ibunya yang mirintikkan air mata mendengarnya Raka mencoba menenangkan ibunya dan berkata “jangan ibu tangisi kepergian ku sungguh aku pergi demi bangsa ku” sambil mengusap air mata dipipi ibunya.
Keesokan harinya
Kini tibalah hari dimana penentuan keputusan RUU yang diputuskan para wakil rakyat, tampak dari teman-teman Raka yang menunggu kedatangannya.
Sudah sejam lebih mereka menunggu kedatangan Raka, Jani telah mencoba beberapa kali menelpon telepon genggamnya tapi tidak ada tanda dari hadirnya diapun mencoba untuk menelpon telepon rumah Raka, tak lama teleponpun diangkat dengan raut ceria Jani langsung menanyakan “Halo?, kamu dimana Raka?” tak sampai dia habis berbicara langsung dijawab oleh ibunya “maaf nak, Raka tidak ada dirumah semalam dia dibawa oleh pihak aparat” dengan wajah cemberut dia menutup telepon nya.
Mendengar kabar dari ibunya, teman-temannya hanya bisa terpaku melihat detik-detik pengesahan RUUnya.
Jani mencoba untuk menegarkan teman-temannya untuk semangat melakukan unjuk rasa “ayolah teman-teman setidaknya perjuangan Raka tidak sia-sia, masih ada sisa waktu sebelum pengesahan” dengan sontak teman-temannya pun semangat melakukan unjuk rasa “mungkin kemarin ada Raka tapi kali ini aku saja yang menggantikannya” kata Jani, serentak teman-temannya pun mengangguk dan memberinya pengeras suara.
Dengan adanya Jani kini menggantikan Raka berdiri diatas mobil konfoi, ia memulai orasinya sambil meneguk ludah “mungkin kalian bisa bungkam kami sesaat, kalian bisa menggunakan kuasa sesuka hati kalian, tapi dengarlah para penguasa walalupun kalian memadamkan satu api kami masih ada 267 juta jiwa indonesia yang masih dapat memandang keadilan mungkin api diantara kami telah mati tapi api lainnya telah hidup, mungkin kalian hilangkan salah satu dari kami tapi akan muncul seribu satu seperti kami, mungkin kalian telah lupa jika kalian itu dipilih oleh rakyat untuk menjadi penyambung lidah rakyat, tapi seakan kalian menjadi parasit tersendiri bagi rakyat kalian hingga titik akhir kami para mahasiswa dan buruh tetap akan menentang pengesahan RUU cipta kerja”.
Kabut massa Anarkis yang mulai ditelan air hujan mulai kembali memanas tampak dari bebrapa dunkungan wakil rakyat telah bermunculan tepat disaat senja hampir tenggelam ditanah anarkis ini akhirnya, presiden pun mengalah kepada rakyat dengan begini kembalinya hak-hak buruh yang telah kehilangan pekerjaannya.
Senja membawa kabar baik Raka pun dilepas dari selnya dengan disambut oleh teman-temannya yang membawa kabar gembira karena perjuangan yang mereka lakukan tidak sia-sia, sungguh senja yang sangat bermakna ditanah Anarkis.